HUBUNGAN ANTARA
LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DAN KELUARGA
Dosen : Sariman , M.Pd
A. Pendahuluan
Pembentukan karakter anak tidak hanya menjadi tanggung jawab lembaga pendidikan formal seperti sekolah dan pesantren, tetapi juga memerlukan peran aktif dari keluarga sebagai pendidik pertama dan utama (Arifin, 2020). Lembaga pendidikan Islam, seperti madrasah dan pesantren, tidak dapat bekerja secara mandiri tanpa adanya dukungan dan sinergi dari keluarga dalam menanamkan nilai-nilai keislaman kepada anak. Menurut penelitian oleh Hasan (2019), kolaborasi antara lembaga pendidikan Islam dan keluarga sangat penting dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang kondusif, sehingga anak dapat berkembang secara optimal dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Oleh karena itu, pemahaman yang lebih mendalam mengenai hubungan antara lembaga pendidikan Islam dan keluarga perlu dikaji agar dapat membangun pendidikan karakter yang lebih efektif.
B. Pembahasan
1) Peran Lembaga Pendidikan Islam
Lembaga pendidikan Islam seperti madrasah dan pesantren berperan sebagai institusi yang bertugas menyampaikan pengetahuan agama dan umum kepada anak didik. Lembaga-lembaga ini tidak hanya berfokus pada aspek kognitif, tetapi juga pembentukan karakter serta akhlak peserta didik (Muhaimin, 2019). Dalam konteks ini, pendidikan Islam memiliki tujuan yang komprehensif, yaitu membentuk manusia yang tidak hanya memiliki kemampuan intelektual, tetapi juga memiliki kesalehan pribadi dan sosial (Zuhdi, 2020).
Lembaga pendidikan Islam berusaha menanamkan nilai-nilai dasar Islam seperti kejujuran, kedisiplinan, dan tanggung jawab melalui berbagai aktivitas pendidikan seperti pengajaran Al-Quran, kajian hadits, serta pelatihan keterampilan sosial. Namun, tanpa adanya dukungan dari keluarga, upaya ini sering kali kurang efektif karena anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dibandingkan di sekolah atau pesantren. Hal ini menunjukkan bahwa keterlibatan orang tua sangat penting dalam memperkuat pendidikan yang diterima di lembaga pendidikan Islam (Hasan, 2019).
2) Peran Keluarga dalam Pendidikan Anak
Keluarga adalah institusi pertama yang memberikan pendidikan kepada anak sejak lahir. Dalam Islam, orang tua memiliki peran sebagai pendidik utama yang bertanggung jawab menanamkan nilai-nilai agama dan membimbing anak-anak dalam menjalani kehidupan sehari-hari (Ali, 2018). Menurut Arifin (2020), pendidikan yang diberikan di rumah, baik melalui keteladanan, nasihat, maupun rutinitas keagamaan seperti shalat berjamaah dan membaca Al-Quran bersama, dapat memperkuat pendidikan yang diterima di sekolah atau pesantren.
Keterlibatan keluarga dalam pendidikan anak dapat dilihat dari partisipasi aktif orang tua dalam kegiatan-kegiatan sekolah, pemantauan perkembangan belajar anak, serta komunikasi yang intens dengan guru atau ustaz. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang mendapat dukungan penuh dari keluarga cenderung memiliki prestasi akademik yang lebih baik dan perkembangan karakter yang lebih positif dibandingkan anak-anak yang tidak didukung oleh keluarga (Zamroni, 2017).
3) Hubungan Sinergis antara Lembaga Pendidikan Islam dan Keluarga
Hubungan antara lembaga pendidikan Islam dan keluarga seharusnya bersifat sinergis, di mana keduanya saling melengkapi dan mendukung satu sama lain. Sinergi ini dapat dibangun melalui komunikasi yang baik antara guru, ustaz, dan orang tua, serta dengan adanya kesepahaman mengenai tujuan pendidikan yang ingin dicapai (Mulyadi, 2021). Misalnya, lembaga pendidikan dapat mengadakan program parenting atau pelatihan bagi orang tua untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang pendidikan karakter berbasis nilai-nilai Islam.
Selain itu, komunikasi yang terbuka antara lembaga pendidikan dan keluarga juga penting untuk memastikan konsistensi dalam mendidik anak. Hal ini meliputi kesepakatan dalam hal disiplin, pembentukan kebiasaan baik, serta pembelajaran nilai-nilai moral dan etika. Jika terdapat perbedaan pendekatan antara apa yang diajarkan di lembaga pendidikan Islam dan di rumah, anak cenderung mengalami kebingungan nilai, yang dapat menghambat pembentukan karakter yang diharapkan (Arifin, 2020).
4) Tantangan dalam Membangun Hubungan Sinergis
Meskipun idealnya hubungan antara lembaga pendidikan Islam dan keluarga bersifat sinergis, realitas menunjukkan adanya berbagai tantangan yang sering dihadapi. Beberapa di antaranya adalah kurangnya komunikasi yang efektif antara pihak sekolah dan keluarga, minimnya partisipasi orang tua dalam kegiatan sekolah, serta perbedaan persepsi mengenai tanggung jawab pendidikan (Mulyadi, 2021). Selain itu, kesibukan orang tua yang bekerja juga sering menjadi penghambat utama dalam keterlibatan mereka dalam pendidikan anak di rumah (Hasan, 2019).
C. Kesimpulan
Hubungan antara lembaga pendidikan Islam dan keluarga memainkan peran penting dalam membentuk karakter anak. Sinergi antara kedua pihak dapat memperkuat pendidikan agama dan moral yang diterima anak, sehingga tercipta generasi Muslim yang berakhlak mulia dan berkepribadian unggul. Oleh karena itu, baik lembaga pendidikan Islam maupun keluarga perlu terus meningkatkan kerja sama dan komunikasi untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih baik.
Daftar
Pustaka
Ali, M. (2018). Peran Keluarga
dalam Pendidikan Anak. Jakarta: Pustaka Islam.
Arifin,
Z. (2020). Hubungan antara Pendidikan Formal dan Informal dalam Pembentukan
Karakter. Jurnal Pendidikan Islam, 7(1), 45-56.
Hasan, M. (2019). Sinergi Keluarga dan Lembaga
Pendidikan Islam dalam Membangun Karakter Anak. Jurnal Pendidikan Islam Terapan, 5(2),
55-68.
Muhaimin,
A. (2019). Pendidikan Karakter Berbasis Islam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Mulyadi,
M. (2021). Tantangan dan Peluang dalam Kolaborasi Keluarga dan Lembaga
Pendidikan. Jurnal Pendidikan Karakter, 4(1), 12-22.
Zamroni,
Z. (2017). Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Prestasi Akademik Anak. Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran Islam, 3(2), 77-89.
Zuhdi, M. (2020). Peran Lembaga Pendidikan Islam dalam
Membangun Generasi Berkarakter. Jurnal Pendidikan Islam Modern, 6(1),
33-45.
0 Komentar