MATERI KE 3
Pengembangan Desain Pembelajaran
Nama Dosen : Sariman, M.Pd
Materi Kuliah :
Pengembanagan Desain pembelajaran
Sub CPMK : Mahasiswa mampu
menjelaskan mengenai Pengembangan Desain
Pembelajaran
Indikator :
Ketepatan dan
kesesuaian mahasiswa dalam menjelaskan
mengenai
pengertian, tujuan, fungsi serta model-model desain
pembelajaran,
Bahan Ajar Kuliah: Pengembangan Desain Pembelajaran
I. Pengertian Desain Pembelajaran
Desain pembelajaran adalah proses sistematis dalam
merancang pengalaman belajar yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Hal ini mencakup analisis kebutuhan,
perumusan tujuan, pemilihan strategi dan metode, serta evaluasi hasil belajar
(Branch & Dousay, 2015).
II. Tujuan Desain Pembelajaran
Tujuan utama dari desain pembelajaran adalah untuk
menciptakan pengalaman belajar yang bermakna dan efektif, meningkatkan hasil
pembelajaran, serta mendorong keterlibatan aktif peserta didik. Desain yang
baik memungkinkan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diinginkan
melalui pendekatan yang sesuai dengan karakteristik mereka (Munby, 1978).
III. Fungsi Desain Pembelajaran
Fungsi utama desain pembelajaran meliputi:
a) Perencanaan sistematis:
Menyusun langkah-langkah yang jelas dalam proses pembelajaran.
b) Pengorganisasian materi:
Menyusun materi ajar secara terstruktur dan logis.
c) Pemilihan strategi: Memilih
metode dan media yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran.
d) Evaluasi efektivitas: Menilai
sejauh mana tujuan pembelajaran tercapai dan melakukan perbaikan jika
diperlukan (Joyce, Weil, & Calhoun, 2009).
IV. Model-Model Desain Pembelajaran
Beberapa model desain pembelajaran yang sering digunakan
antara lain:
- Model
ADDIE: Terdiri dari lima tahap: Analysis, Design, Development,
Implementation, dan Evaluation. Model ini bersifat fleksibel dan dapat
diterapkan dalam berbagai konteks pembelajaran (Munby, 1978).Scribd+3Scribd+3ResearchGate+3
- Model
Dick & Carey: Berfokus pada hubungan antara tujuan, strategi, dan
evaluasi dalam pembelajaran. Model
ini menekankan pentingnya analisis kebutuhan dan karakteristik peserta
didik (Dick & Carey, 2005).www.slideshare.net+3Scribd+3UNIDA Journal+3
- Model ASSURE: Menekankan pada pemilihan dan
penggunaan media serta teknologi dalam pembelajaran. Model
ini terdiri dari langkah-langkah: Analyze learners, State standards and
objectives, Select methods, media, and materials, Utilize media and
materials, Require learner participation, dan Evaluate and revise
(Heinich, Molenda, Russell, & Smaldino, 2002).Scribd+1ResearchGate+1
- Model
Hannafin & Peck: Fokus pada analisis kebutuhan dan desain
instruksional yang berorientasi pada peserta didik. Model ini menekankan
pentingnya evaluasi formatif dalam setiap tahap pengembangan (Hannafin
& Peck, 1988).ResearchGate+1UNIDA Journal+1
- Model
4D: Terdiri dari empat tahap: Define, Design, Develop, dan Disseminate.
Model ini sering digunakan dalam pengembangan perangkat pembelajaran
berbasis teknologi (Thiagarajan, Semmel, & Semmel, 1974).
V. Indikator Penilaian
Indikator untuk menilai pemahaman mahasiswa terhadap
materi ini meliputi:
- Kemampuan menjelaskan pengertian desain pembelajaran
secara jelas dan tepat.
- Kemampuan menyebutkan dan menjelaskan tujuan serta
fungsi desain pembelajaran.
- Kemampuan mengidentifikasi dan menjelaskan berbagai
model desain pembelajaran serta aplikasinya dalam konteks pendidikan.
Contoh Model Desain Pembelajaran dalam
Kurikulum Merdeka
1.
Model ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation, Evaluation)
Contoh
Dalam Kurikulum Merdeka, model ADDIE dapat diterapkan untuk merancang
pembelajaran berbasis projek atau penugasan. Misalnya, dalam mata pelajaran IPS
untuk kelas 5 SD, siswa diberikan tugas untuk membuat proyek peta interaktif
yang menggambarkan kondisi geografis dan sosial-ekonomi suatu daerah. Proses
pembelajaran akan melalui tahapan berikut:
a) Analysis: Menganalisis
kebutuhan siswa yang perlu memahami konsep peta dan kaitannya dengan konteks
sosial-ekonomi.
b) Design: Merancang
langkah-langkah dalam menyelesaikan proyek, memilih teknologi dan sumber daya
yang tepat (misalnya penggunaan aplikasi pemetaan digital).
c) Development: Mengembangkan
materi ajar yang mendukung proyek, seperti tutorial penggunaan perangkat lunak
pemetaan.
d)
Implementation: Menerapkan
pembelajaran melalui workshop atau sesi kelas praktikum untuk mendukung
pengerjaan proyek.
e)
Evaluation: Menilai hasil
proyek berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, seperti ketepatan informasi,
kreativitas, dan kemampuan pemecahan masalah.
2.
Model PBL (Problem-Based Learning)
Contoh:
Dalam Kurikulum Merdeka, model Problem-Based Learning (PBL) digunakan untuk
mendorong siswa berpikir kritis dan memecahkan masalah yang relevan dengan
kehidupan nyata. Sebagai contoh, dalam mata pelajaran sains kelas 8, siswa
dapat diberikan masalah pencemaran air yang terjadi di daerah mereka.
Langkah-langkahnya adalah:
a)
Masalah: Siswa diberikan
studi kasus tentang dampak pencemaran air terhadap kesehatan masyarakat dan
lingkungan.
b)
Investigasi: Siswa
melakukan riset mengenai penyebab, dampak, dan solusi pencemaran air, dengan
menggunakan data yang mereka kumpulkan di lapangan atau sumber informasi lain.
c)
Diskusi dan Kolaborasi:
Siswa bekerja dalam kelompok untuk mengidentifikasi solusi dan merancang
langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengurangi pencemaran air.
d)
Solusi: Kelompok
mendemonstrasikan temuan mereka melalui presentasi atau pembuatan kampanye
edukasi berbasis media digital untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.
3.
Model UDL (Universal Design for Learning)
Contoh:
Model Universal Design for Learning (UDL) memungkinkan pembelajaran yang lebih
inklusif dan memperhatikan keberagaman gaya belajar siswa. Dalam konteks
Kurikulum Merdeka, model ini diterapkan untuk menyusun pengalaman belajar yang
dapat mengakomodasi berbagai kebutuhan siswa. Misalnya, pada mata pelajaran
bahasa Indonesia kelas 6:
a)
Pilihan Konten: Memberikan
materi pelajaran melalui berbagai format: teks tertulis, video, dan podcast,
untuk mendukung siswa yang lebih visual atau auditory.
b)
Pilihan Cara Menyampaikan:
Siswa dapat memilih untuk menyampaikan hasil belajar mereka melalui presentasi
multimedia, pembuatan blog, atau laporan tertulis, sehingga mereka dapat
memilih cara yang paling sesuai dengan kemampuan dan minat mereka.
c)
Pilihan Cara Menilai:
Penilaian dapat dilakukan melalui observasi langsung, penilaian peer-to-peer,
atau portofolio digital yang memungkinkan siswa menunjukkan pemahaman mereka
dengan cara yang beragam.
4.
Model SAMR (Substitution, Augmentation, Modification, Redefinition)
Contoh:
Dalam Kurikulum Merdeka, teknologi dapat diintegrasikan untuk mendukung
pembelajaran yang lebih dinamis. Model SAMR memberikan panduan bagaimana
teknologi dapat digunakan dalam pembelajaran. Sebagai contoh, pada mata
pelajaran matematika kelas 9, konsep pengukuran sudut dapat diajarkan melalui
aplikasi yang memungkinkan siswa untuk membuat percobaan interaktif menggunakan
perangkat mobile:
a)
Substitution: Siswa
menggantikan pengukuran manual dengan aplikasi pengukur sudut pada perangkat
mobile.
b) Augmentation: Aplikasi
memberikan umpan balik otomatis kepada siswa mengenai kesalahan pengukuran dan
memberikan saran perbaikan.
c) Modification: Siswa
mengerjakan proyek dengan menggunakan teknologi pemodelan 3D untuk merancang
bentuk geometris yang mereka ukur.
d) Redefinition: Siswa
berkolaborasi dengan siswa dari sekolah lain untuk membangun model matematika
bersama, berbagi hasil percakapan dan hasil kerja melalui platform digital.
5. Model Blended Learning
Contoh:
Blended Learning dalam Kurikulum Merdeka memungkinkan gabungan pembelajaran
tatap muka dan pembelajaran daring. Sebagai
contoh, dalam mata pelajaran sejarah kelas 12, siswa belajar mengenai perang
dunia kedua dengan cara berikut:
a) Tatap Muka: Guru
memberikan pengantar melalui ceramah interaktif dan diskusi kelompok.
b) Daring: Siswa mengakses
materi tambahan melalui platform LMS, menonton video dokumenter, dan
mengerjakan kuis daring yang menguji pemahaman mereka terhadap materi.
c) Kolaborasi Daring: Siswa
bekerja dalam kelompok untuk membuat presentasi online tentang dampak perang
dunia kedua terhadap negara-negara tertentu, berbagi temuan mereka melalui
platform pembelajaran online yang mendukung kolaborasi.
d) Evaluasi: Evaluasi hasil
belajar dilakukan secara daring melalui tes akhir dan presentasi kelompok yang
disampaikan dalam kelas.
0 Komentar